Empat Raja Langit

Empat rajat langit 四大天王 atau yang dalam bahasa Sanskerta disebut Caturmaharajakayikas adalah dewa pelindung Dharma dalam agama Buddha. Mereka adalah dewa penjaga yang berada di tingkat pertama dari 20 tingkat surga. Mereka juga disebut sebagai 4 raja langit penjaga dunia 护世四大天王 .

Profil Singkat

Dhrtarastea
Disebuut sebagai teguotianwang 特国天王 dalam bahasa Mandarin, menjaga arah timur. Kata 特国 berarti melindungi kehidupan masyarakat, melindungi negarawan. Digambarkan memiliki tubuh berwarna putih, memakai baju zirah, tangan memefabf alat musik pipa 琵琶 atau ruanqin 阮琴 yang memiliki 2 arti L
1. Alat musik petik harus diatur dengan tepat, jika senar terlalu kencang akan mudah putus, sedangkan jika terlalu longgar maka tidak akan menghasilkan bunyi, menggambarkan ajaran yang berada di jalan tengah
2. Dewa yang berfokus pada musik, ia menggunakan musik untuk menarik orang agar mengikuti Dharma

Virudhaka
Disebut sebagai zengzhangtianwang 增长天王 dalam bahasa Mandarin, menjaga arah selatan. Kata 增长 sendiri berarti mampu memimpin masyarakat, bertumbuh dan perbaikan, menjaga Dharma, Ia digambaekan memiliki tubuh berwarna hijau, memakai baju zirah, dan memegang pedang, yang memiliki 2 arti yaitu:
1. Pedang melambangkan kebijaksanaan, pedang kebijaksanaan mengalahkan kebodohan
2. Menjaga Dharma agar tidak ada keburukan

Virupaksa
Disebut sebagai guangmutianwang 广目天王 dalam bahasa mandarin, menjaga arah barat. Kata 广目 sendiri berarti dengan mata dewa yang bersih mengawasi dunia setiap saat, menjaga masyarakat. Ia digambarkan memiliki tubuh berwarna merah, memakai baju zirah, dan memegang ular atau naga, yang memiliki 2 arti, yaitu:
1. Dunia yang terus berubah
2. Pemimpin dari dewa naga
Selain itu di tangan lainnya ia memegang mutiara yang melambangkan hati yang tak berubah.

Vaisravana
Disebut sebagai duowentianwang 多闻天王 atau pishamen 毗沙门 dalam bahasa mandarin, menjaga arah utara. Kata 多闻 sendiri berarti fasih dalam Dharma, memiliki ilmu yang luas. Ia digambarkan memiliki tubuh berwarna hijau gelap, memakai baju zirah, tangan kiri memegang tikus perak, tangan kanan memegang payung (atau panji), yang memiliki 2 arti, yaitu:
1. Tubuh tertutup payung melambangkan hati yang bersih tak terpengaruh keburukan di lingkungan luar
2. Digunakan untuk melindungi dunia dari ancaraman keurukan, melindungi rejeki masyarakat .
Ia juga dipercaya sebagai dewa keberuntungan dalam kepercayaan India kuno.

Asal Usul

Kepercayaan 4 raja langit mulai muncul dalam kepercayaan Brahmanisme dalam agama Hindu dan menjadi dewa ang cukup berperan dalam kita Weda. Seiring perkembangan agama Buddha, banyak berasimilasi dengan kepercayaan agama Hindu, salah satunya mengenai 4 raja langit ini. Empat raja langit dalam Buddhisme menjadi dewa penjaga Dharma, salah satu dewa yang dihormati di 33 alam kehidupan, berada di surga tingkat pertama.

Peran dalam karya Sastra

Peran dalam Fengshenyanyi 封神演义
Dalam novel Fengshenyanyi , 4 raja langit disebut juga sebagai 4 jenderal Mo 魔家四将 . Mereka adalah r bersaudara jenderal penjaga kota yang setelah meninggal diangkat menjadi 4 raja langit, terdiri dari saudara tertua Mo Liqing 魔礼青 yang menjadi raja selatan, saudara kedua Mo Lihong 魔礼红 yang menjadi raja utara, saudara ketiga Mo Lihai 魔礼海 yang menjadi raja timur, dan saudara keempat Mo Lishou 魔礼寿 yang menjadi raja barat. Dikisahkan mereka semasa hiduo adalah penjaga kota di masa dinasti Shang yang memiliki kemampuan luar biasa sebagai hasil belajar dari orang sakti ditambah 4 senjata pusaka yang mereka miliki (pedang 青凤宝剑 , payung 混元珍珠伞 , instrumen pipa 碧玉琵琶 , dan serigala 紫金花狐貂 ). Keempat saudara ini ditambah dengan senjatanya memiliki kekuatan yang tak tertandingi. Sayangnya, mereka gugur saat berperang dengan pihak Zhou barat 西周 yang memakai senjata kegelapan 攒心钉 . Saat meninggal arwah mereka tersegel, namun setelah Jiangziya melepaskan segel mereka, mereka pun diangkat menjadi 4 raja langit yang bertugas mengatur cuaca dan iklim di dunia..

Peran dalam Perjalanan ke Barat 西游记
Dalam novel Perjalanan ke Barat, 4 raja langit digambarkan sebagai 4 jenderal dewa penjaga 4 pintu surga , memiliki kekuatan yang hebat, terkadang juga turun ke dunia untuk menjaga serangan iblis. Mereka memiliki pasukan tentara surga dan mengatur segala urusan perang di surga, menjadikannya salah satu kekuatan perang utama di surga. Saat Sunwukong 孙悟空 mengacaukan istana langit, mereka menjadi salah satu jenderal yang melindungi taman buah persik di bawah perintah kaisar giok, namun mereka berhasil dikalahkan oleh Sunwukong. Empat raja langit dalam kisah ini memiliki senjata pusaka yang sama dengan kepercayaan lain.

(Penggambaran karakter 4 raja langit dalam Buddhisme dan karya sastra klasik Perjalanan ke Barat serta Fengshenyanyi memiliki perbedaan yang cukup signifikan)

Perkembangan Kepercayaan

Setelah Buddhisme masuk ke Tiongkok, di masa dinasti Tang dan Song, umumnya berfokus pada raja utara , hingga masuk dinasti Ming dan Qing, kepercayaan terhadap 4 dewa mulai populer, terutama dipengaruhi oleh kisah Fengshenyanyi.

Dinasti Tang
Kepercayaan 4 raja langit di masa dinasti Tang sangat berbeda dengan abad 21. Pada saat itu umumnya lebih berfokus pada raja utara 多闻天王 atau yang juga dikenal sebagai 毗沙门天王 .
Raja utara dipercaya sebagai pimpinan dari 4 raja langit. Dikarenakan pada masa kepemimpinan kaiar Xuanzong 唐玄宗 banyak bandit yang mengepung sekitar ibukta sedangkan tentara kerajaan tidak mampu mengalahkan mereka untuk membuka kepungan tersebut, kaisar akhirnya memanggil tim rahasia. Ahli nujum dari tim tersebut segera membacakan mantra dan melakukan ritual, seketika di sekitar pintu utara dari kota yang sudah dikepung itu terjadi keajaiban, muncul raja utara di langit serta terlihat pasukan langit yang tak terhitung julahnya di antara aan. Tidak hanya itu, keajaiban lain juga terjadi yaitu muncul segerombolan tikus berwarna emas. Tikus ini merusak anak panah dan busur lawan, senjata yang paling berbahaya di masa itu. Melihat hal itu, kaisar memerintahkan setiap kota untuk mengukir raja utara di setiap menara penjaga. Sejak saat itu muncullah sistem kepercayaan ini di masa dinasti Tang dan Song. Vakan dalam setiap kantor militer akan ada kuil raja langit, namun penghormatan dalam kuil bukan ditujukan kepada 4 raja langit, tetapi justru hanya raja utara.

Dinasti Song
Di masa dinasti Song, kepercayaan terhadap 4 raja langit sangat populer. Dalamkisah Tepi Air 水浒传 saat Lin Chong 林冲 dihukum dengan dikirim ke padang rumput, ia tinggal di dalam kuil raja langit saat malam hari. Tepi Air menggambarkan kehidupan di masa dinasti Song, yang mana setiap ada kantor pemerintah atau kantor militer, pasti ada kuil raja langit dengan disertai gamba dari raja utara. Selain itu raja utara juga menjadi dewa keberuntngan, karena namanya yang dikenal luas dan dipercaya mmberkahi masyarakat dengan rejeki yang berlimpah. Hal ini juga mengakibatkan dewa keberuntungan dalam Buddhisme adalah raja utara.

Dinasti Ming
Memasuki dinasti Ming, mulai muncul ukiran raja utara yang memegang payung di satu tangan dan pagoda di tangan lainnya, serta mewakili hujan dalam pengaturan cuaca. Kemudian muncul kepercayaan di kalangan masyarakat yang menganggapnya sebagai jenderal Li Jing 李靖 alias ayah dari Nezha 哪吒 。
Selain itu, dengan populernya kisah Fengshenyanyi di masa ini, penggambaran 4 raja langit dalam lukisan atau ukiran mulai bergeser. Semakin banyak penggambaran yang berdasarkan cerita rakyat dibandingkan kitab Buddhisme. Hal ini mengakibatkan jika kita lihat penggambaran 4 raja langit di masa kini di Tiongkok dan Jepang akan ada perbedaan karea di Jepang cenderung dibuat berdasarkan kitab Buddhisme.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *